Journal Timo Scheunemann Part One
Program Garuda Select jilid dua telah berlangsung hampir dua bulan. Berfungsi sebagai penerjemah teknis dan tinggal bersama para pemain membuat saya menjadi saksi perkembangan pesat pemain generasi kedua ini.
Tujuan program Garuda Select adalah memperbaiki kualitas sekaligus mempercepat perkembangan pemain-pemain terbaik kita. Kali ini program difokuskan pada pemain kelahiran 2003. Pemain-pemain ini terlalu tua untuk timnas U-16 asuhan Bima Sakti, namun terlalu muda untuk timnas U-19 di bawah Fakhri Husaini. Artinya pemain-pemain pilihan Dennis Wise dan tim belum pernah bermain bersama. Ini tentu menjadi kendala tersendiri, selain seribu satu kendala lainnya seperti beradaptasi dengan udara dingin, berada jauh dari keluarga, dan juga belajar begitu banyak hal baru dari tim pelatih di Inggris.
Semuanya perlu waktu, semuanya butuh sebuah proses. Walau demikian saya sudah bisa melihat perkembangan signifikan terutama dalam hal pengertian taktis dan pengambilan keputusan. Hal ini sangat menggembirakan mengingat kedua hal ini, bersama dengan kelemahan dalam hal mental, menjadi masalah-masalah utama Timnas senior kita selama ini.
Dennis Wise selaku Direktur Teknik dan Des Walker selaku Pelatih Kepala selama hampir dua bulan ini terus menekankan soal pertahanan. Secara spesifik, yang ditekankan adalah cara bertahan sebagai sebuah kesatuan. Pemain yang menekan lawan secara individu tanpa bantuan teman-temannya dihukum oleh Des Walker dengan cara membiarkan pemain tersebut bertahan sendirian. Tentu saja pemain tersebut menjadi bulan-bulanan dan tidak mampu merebut bola. Dengan cara seperti ini pemain menjadi sadar bahwa sepakbola adalah permainan tim: menyerang harus dilakukan bersama-sama dan bertahan pun juga demikian.
Nah, karena bertahan harus dilakukan secara bersama-sama, komunikasi menjadi super penting. Di sini kelemahan pemain kita jelas terlihat. Dari jenjang SSB sampai timnas sama saja, miskin komunikasi. Bukan hanya bicara, Des Walker sering sekali memberikan contoh. Walau sudah kepala lima, ia masih fit. Dia menunjukan bahwa berkomunikasi bukan sekedar teriak “hei” atau menyebut nama kawan, tapi harus konstruktif, harus berisikan komando yang jelas. “Tekan lawan ke garis”, misalnya, atau “Drop, jangan (tekan) dulu”. Pemain yang berada di belakang memberikan komando bagi pemain di depannya mengingat ia memiliki pandangan yang lebih luas tentang situasi di lapangan.
Kini pemain Garuda Select sudah mulai paham bahwa saat kehilangan bola, secara berturut-turut yang harus dilakukan adalah 1. Cepat bereaksi dan berlari sprint kembali ke posisi masing-masing, 2. Setelah formasi bertahan terbentuk barulah dilakukan pergeseran ke arah posisi bola secara bersama-sama, dan 3. Saat bergeser dan menekan secara bersama-sama inilah pemain yang berada di belakang memberikan komando yang jelas kepada pemain di sekitarnya. Kebiasaan buruk bertahan secara individu dan tanpa saling mengarahkan sudah mulai ditanggalkan.
Selain kekurangan taktik grup dan tim, kesalahan taktis individu masing-masing pemain, terutama pemain belakang, juga menjadi sorotan. Perihal ini saya akan ceritakan lebih lanjut di Part Two Journal Garuda Select.
Tantangan lain yang dihadapi baik pemain maupun tim pelatih adalah lawan-lawan Garuda Select di Inggris rata-rata tinggi dan kekar. Artinya pemain kita harus bermain sesuai kekuatan sendiri dan tidak asal main. Mengandalkan kecepatan sekaligus menghindari duel-duel udara menjadi kunci. Masalahnya, saat bola-bola mati (set piece) duel udara tidak terhindarkan. Alhasil banyak gol lawan datang dari set piece. Tentu saja tim pelatih tidak tinggal diam. Setiap minggu pasti ada satu latihan khusus untuk set piece. Saat menonton live di Mola TV coba perhatikan organsisasi pemain kita saat menghadapi set piece lawan. Ada yang ditugaskan di zona tertentu dan ada yang ditugaskan sebagai marker (penjaga). Setiap pemain punya tugas khusus.
Semakin hari pemain semakin paham tugas-tugas mereka. Agresivitas masih perlu waktu untuk memperbaikinya, demikian juga dengan kekuatan otot yang butuh proses membentuknya. Yang pasti, menang-kalah adik-adik kita semakin hari semakin berkembang. Mereka coachable dan memiliki semangat membara, dan itu patut diapresiasi.
Salam,
@coachtimo
Comments